Kamis, 17 Juni 2010

The Legend of “Tenuk”

Cerita dalam blog ini hanyalah karangan belaka, apabila terdapat kesamaan tokoh, karakter, maupun tempat kejadian hanyalah kebetulan belaka
The Legend of “Tenuk”
Disebuah desa terpencil nan asri di Sumbar, hidup seuah keluarga yang rukun dan damai. Namun, kehidupan yang sangat sederhana dan mengarah ke miskin membuat semuanya menjadi berbeda. Kepala Rumah Tangga itu bernama “Tenuk” dengan istri yang bernama wati dan dua orang anak laki-laki yang bernama Anton dan Rizki.
Tenuk yang hanya seorang buruh tani di sekitar tempat tinggalnya hanya berpenghasilan Rp.15.000 – Rp.20.000, hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari bahkan terkadang kurang.
Disaat Anton putra sulung Tenuk masuk sekolah yang membutuhkan banyak uang, membuat tenuk jadi sangat stress dan memilih jalan pintas yang tentu saja bertentangan dengan pinsip hidupnya selama ini. Tapi, Tenuk tidak punya banyak pilihan.
Malam itu, berdalih pamit dari rumah untuk ikut jadi satpam partime di sebuah gudang beras di desa sebelah, Tenuk melangkah pasti meninggalkan rumah. Namun, bukannya pergi bekerja tenuk justru melangkah mengamati sebuah rumah yang ditinggal pemiliknya sekitar 1Km dari rumahnya. Dirasa sepi sekitar pukul 3 dini hari, berbekal linggis, tenuk menjalankan aksinya. Satu persatu kunci rumah itu berhasil dibukanya, setelah berhasil masuk, tenuk langsung cepat mengambil seluruh barang berharga yang dirasa mudah untuk dijual.
Dalam aksinya itu, Tenuk berhasil membawa keluar TV, Emas, dan uang sekitar Rp.800.000. Namun, naas bagi tenuk dia dipergoki oleh hansip yang sedang jaga malam itu. Spontan tenuk menjadi panic dan berlari secepatnya, namun sayang TV dan separoh emas curiannya tercecer dijalan.
Paginya, dengan wajah rada pucat tenuk pulang ke rumahnya sambil memanggil anaknya, ‘Anton….anton… kemari nak, ayah dapat rezki ni untuk sekolah kamu. Namun tak lama dirumah, Tenuk kembali pamit keluar. Namun tenuk bukan pergi bekerja melainkan pergi ke kaki gunung Talang dan menemui dukun yang terkenal di daerah itu, Dukun itu bernama “Inyiak Harimau” meminta ilmu perisai untuk diberikan padanya.
Sang dukun mengabulkan permohonan tenuk dengan syarat mau bertapa di gunung talang selama 40 hari 40 malam, dan tenukpun menyanggupinya. Sebelum memulia ritualnya tenuk pergi ke rumahnya dan mengatakan sama keluarganya bahwa dia akan pergi keluar kota selama 40 hari untuk menemani temannya yang berdagang di kota. Keluargapun memberi izin.
Keluar rumah tenuk langsung menuju gunung Talang dan menjalani ritual pertapaannya. Selama pertapaannya dia hanya diizinkan makan makanan yang tidak berasal dari daging binatang, pratis selama 40 tenuk hanya makan nasi dan sayur dan itupun hanya boleh 1 kali sehari. Ketatnya aturan ritual tak membuat tenuk menyerah, Keinginan untuk mengubah nasib kelurganya mengalahkan segalanya.
Setelah melewati hari-hari yang melelahkan, akhirnya sampailah pada hari terakhir. Sebagai penutup ritual Tenuk harus mandi di sungai di kaki gunung Talang itu. Setelah selesai Tenuk langsung mempraktekkan ilmunya dengan mencoba menggoreskan sebuah golok tajam ke badannya, dan memang terbukti ilmu perisai yang dia pelajari telah berhasil dikuasainya. Untuk melengkapi ilmunya dia dijari ilmu beladiri “Silek Harimau” oleh dukun tadi selama 1 minggu.
Setelah melewati ritual-ritual tersebut, Tenuk kembali ke rumahnya. Setiba dirumah dengan dalih gaji belum dibayarkan oleh orang yang mengajak dia pergi ke kota. Setelah istirahat sehari, malamnya Tenuk kembali pamit ke istri dan anaknya untuk pergi ke kota, untuk melanjutkan “bisnis” yang telah dia rencanakan.
Setiba di Kota yang dituju dia langsung mengamati rumah mewah dari sore hingga dini hari. Setelah dirasatelah larut dia menjalankan aksinya dengan lebih nekat dari aksi pertamanya sekitar 1,5 bulan lalu. Kali ini dia bukan mengincar rumah kososng melainkan rumah yang ada penghuninya dengan alas an supaya bisa dapat lebih banyak harta jarahan.Tenuk masuk kerumah itu dengan mendobrak pintu depan, spontan seluruh penghuni rumah terbangun dan berlari ke sumber bunyi. Dengan sebilah golok tajam Tenuk menyuruh seluruh penghuni rumah mengumpulkan seluruh harta berharga yang ada dalam waktu 5 menit.
Namun, karena Tenuk beraksi sendiri salah satu penghuni rumah memberanikan diri melawan dengan tongkat kasti. Namun dengan ilmu perisai yang miliki Tenuk pukulan penghuni rumah tersebut tidak berpengaruh, malah penghuni itu menjadi Sandra tenuk, sambil berteriak lebih keras tenuk memaksa penghuni rumah yang lain untuk cepat mengumpulkan barang berharga itu. Penghuni rumah yang mengumpulkan harta itu menyempatkan diri menelepon polisi. Setelah dirasa cukup Tenuk beranjak perg, tapi di pintu depan sirine polisi telah terdengar, tenuk langsung berlari ke pintu belakang, disaat yang hamper bersamaan polisi masuk ke rumah korban dan berlari mengejar tenuk. Sambil melakukan tembakan peringatan polisi itu berteriak jangan bergerak!!!!!! Namun, karena Tenuk mengabaikan teriakan dan tembakan peringatan itu, polisi terpaksa melakukan tembakan kearah tenuk dan berhasil mengenai punggungnya. Namun, tenuk terus berlari dan akhirnya polisi tersebut kehilangan jejak.
Beberapa saat kemudian, tim forensic polisi datang dan melakukan olah TKP. Dari hasil olah TKP polisi berkesimpulan kejadian ini murni pencurian dengan kekerasan. Hasil olah TKP tersebut dibawa dalam rapat dengan Kabareskrim POLDA. Dari hasil rapat didapat kesimpulan bahwa terdakwa melakukannya sendiri, dan tersangka mempunyai ilmu kebal karena dari keterngan saksi korban Tenuk tidak mempan terhadap pukulan tongkat kasti yang dilayangkannya. Keterangan saksi ini juga diperkuat oleh keterangan polisi yang mengejar Tenuk karena polisi itu yakin tembakannya mengenai punggung Tenuk tapi tidak ada bercak darah disepanjang pelarian tenuk.
Sementara itu, Tenuk menjual hasil jarahannya kepada temannya dan didapat uang sekitar Rp. 5.000.000,- Uang tersebut sebagian besar ditransfer ke istrinya di kampung, namun tenuk tidak pulang karena khawatir keluarganya menjadi tahu tentang perbuatannya.
Sekitar 2 minggu dari aksinya itu dia kembali melakukan aksi yang lebih besar lagi. Kali ini dia mengincar toko emas sebagai target operasinya. Pagi-pagi disaat toko emas itu baru buka dan masih sedikit orang yang ada disekitar toko tersebut, dengan mengendarai sepeda motor rental Tenuk langsung ke toko itu dan langsung memecahkan kaca tempat emas itu disimapan dan berhasil menggondol emas seberat 30 gr dan langsung lari dengan sepeda motornya.
Lagi-lagi polisi datang terlambat dan melakukan olah TKP dan meminta keterangan Saksi-saksi. Setelah mendapat keterangan polisi langsung bergerak cepat dengan mencari sepeda motor yang nomor polisinya telah diketahui itu. Dalam waktu yang tidak terlalu lama polisi berhasil menemukan pemilik motor tersebut. Pemilik motor tersebut dibawa ke kantor polisi dan dan diinterogasi. Pemilik motor tersebut mengaku tidak tahu-menahu tentang untuk apa motornya digunakan bahkan lebih dari itu dia juga tidak kenal dengan orang yang merental motornya.
Dalam hasil pemeriksaan saksi-saksi polisi berhasil membuat sketsa wajah tersangka dan disebarluaskan ke seluruh media yang ada. Praktis dalam minggu terakhir media local setempat menempatkan perampokan ini sebagai Headline utama.
Sementara itu Tenuk kembali mengirim uang hasil penjualan emas rampasannya ke keluarganya dengan dalih bisnisnya di kota yang dia lakoni sukses besar. Disaat istrinya menelepon tenuk yang mengabarkan bahwa dia melihat siaran TV yang mengatakan wajah buronan itu sangat mirip dengan wajah suaminya Tenuk. Namun Tenuk tentu saja menyangkal dan mengatakan bisnis yang dijalaninya halal dan sketsa wajah di berita itu hanya kemiripan belaka.
Hari demi hari terus dijalani oleh Tenuk dengan kejahatannya, walau dia sendiri merasa bertentangan dengan hatinya. Sementara itu keluarganya di kampung hidup berkecukupan namun anak istrinya merasa kebahagiannya bersama keluarganya sudah jauh berkurang karena tidak ada lagi kebersamaan dengan ayah tercinta anak-anaknya. Kerinduan yang sangat dalam keluarganya membuat anak bungsunya sakit. Dengan sakit itu membuat Tenuk akhirnya pulang ke kmpung dan melihat anaknya.
Namun belum lepas kerinduan anaknya tenuk sudah pergi lagi, karena takut ada yang mengenalinya dan melaporkannya ke polisi. Tenuk kembali ke Kota dan hidup berpindah-pindah dari tempat kos satu ke tempat kos lainnya. Di tempat tinggalnya yang terakhir pemilik kos curiga akan gerak-gerik Tenuk dan melaporkannya ke polisi.
Di tengah malam dini hari, Tenuk terbangun karena suara polisi yang mengatakan “tempat ini sudah kami kepung, silahkan keluar dan menyerahkan diri”. Tenuk dengan arogannya malah melakukan perlawanan dengan lari ke pintu belakang rumah dan menghajar seluruh polisi yang hendak menangkapnya, walau polisi itu melakukan tembakan dan mengenai tenuk namun tidak ada yang sampai menembus kulitnya. Sekali lagi Tenuk lepas dari sergapan polisi.
Kejadian ini memang benar-benar menguras energy polisi dan ada usulun untuk menyertakan “orang pintar” untuk mengatasi masalah ini. Ka. POLDA seperti tidak punya cara lain untuk menolak ususlan tersebut justru Ka. POLDA menyuruh anak buahnya untuk mencari orang pintar yang bisa mengetahui kelemahan Tenuk supaya mudah menangkapnya.
Dua orang dari Bareskrim yang ditugasi bosnya pergi ke pinggiran kota untuk menemui dukun yang telah punya nama di kota ini. Dari pertemuan dengan dukun ini didapatkan hasil bahwa Tenuk menggunakan ilmu perisai dari kaki gunung talang dan dibekali ilmu beladiri “silek harimau”, dua kemampuan inilah yang membuat polisi kewalahan menangkap pelaku perampokan yang telah banyak meresahkan masyarakat dan dan memakan korban harta yang tidak sedikit, walau dalam aksi-aksinya tidak ada korban jiwa satupun.
Sementara itu, dari hasil penyelidikan sementara polisi diduga keluarga tenuk tinggal d sebuah desa kecil yang sejuk. Polisi langsung bergerak cepat untuk datang ke rumah keluarga tenuk. Sesampai di rumah tenuk, keluarganya panic dan heran karena ada banyak polisi datang membawa surat perintah untuk mengeledah rumah tenuk. Setelah tidak menemukan buronannya, polisi baru berbicara dengan istri tenuk, Wati bahwa suaminya masuk DPO tindakan krimanal perampokan yang telah memakan banyak korban. Karena tidak percaya wati meragukan bukti-bukti seperti sketsa wajah tersangka yang disampaikan polisi hanya mirip saja karena dia masih berpendapat bahwa suaminya berdagang di kota dan bisnis yang dilakukannya suaminya halal dan mengatakan bahwa polisi telah salah mengeledah rumah orang. Setelah selesai menggeledah, polisi beranjak pergi, namun ada beberapa polisi yang terus mengamati rumah Tenuk.
Beberapa hari setelah penggeledahan itu, Tenuk pulang ke rumah untuk melihat anaknya yang masih belum sembuh total sambil membawa banyak uang. Namun, Tenuk tidak lama disana dia mengatakan pada anak dan istrinya bahwa dia mungkin tidak bisa lagi menafkahi anak dan istrinya karena dia akan pergi jauh. Tenuk berwasiat supaya uang yang telah diberikan supaya diguanakan sebaik-baiknya dan stelah ini pergilah ke kota dan cari tempat tinggal disana. Mendengar wasiat itu Wati menjadi heran bertanya-tanya untuk apa wasiat itu diucapkan namun Tenuk tidak mau menjelaskan leh lanjut.
Beberapa saat kemudian bunyi bel rumah bahwa ada yang datang. Tenuk yang telah mengira bahwa dia telah diamati leh polisi merasa panic dengan bunyi bel itu. Disaat wati membuka pintu, Tenuk justru lari dari pintu belakang dimana disana polisi juga sudah ada yang menunggu. Namun, tenuk masih tidak mau menyerah dan terus berlari. Dan melompat ke mobil yang terbuka dibelakangnya. Namun polisi kali ini tidak mau kehilangan buronannya, dan teru mengejar dengan sepeda motor.
Pada saat tiba di perbatasan desa tersebut tenuk melompat dari mobil bak terbuka itu, naas bagi tenuk dia tertembak disaat kakinya masih menggantung di udara sehingga timah panas itu menembus tepat di rusuk kanannya. Namun tenuk yang telah bertekad tidak mau tertangkap terus berlari sehingga polisi kembali menembak dan kali ini tepat di punggung tenuk dan tembus hingga ke dadanya. Kali ini tenuk benar-benar tak berdaya dan tersungkur ditanah basah yang masih diguyur hujan lebat.
Sampai di situlah perjalan Tenuk, dan setelah proses di kepolisian usai jenazah tenuk diambil keluarganya dan dikebumikan dikampung halamannya. Keluarga Tenuk yang sudah sangat malu dengan warga kampung, memilih meninggalkan desa yang telah sangat lama mereka tempati dan pergi ke kota untuk memulai hidup tanpa suami dan ayah yag mereka sangat cintai……

Tidak ada komentar:

Posting Komentar